PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Pertemuan ke 9

1. Dunia Anak Dunia bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak – anak sebagaian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Kegiatan bermain dapat digunakan anak – anak untuk menjelajahi dunianya. Bermain dapat juga dapat mengembangkan kreativitas anak, dengan bermain anak memiliki keterampilan untuk memahami konsep secara ilmiah tanpa paksaan. Bermain sangat lekat dengan kehidupan anak yang menyenangkan dan menjadikan mereka lebih ceria. Namun kebanyakan masyarakat kita masih beranggapan bahwa bermain sebagai suatu kegiatan yang hanya membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat. Tentu saja anggapan ini salah, karena dalam bermain banyak hal yang dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan bagi anak. Berikut hal yang harus didapat anak di sekolah maupun lingkungan yaitu pikir, rasa dan sosial.
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.  Banyak konsep dasar  yang dapat dipelajari anak melalui aktifitas bermain. Pada usia pra sekolah anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang warna, ukuran, bentuk arah, besaran dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui bermain. Berikut ini adalah beberapa manfaat yang diperoleh anak lewat bermain:
  1. Perkembangan fisik: kesehatan dan kekuatan otot tubuh.
  2. Keterampilan motorik: gerakan tubuh, ketrampilan jari-jemari
  3. Perkembangan kognitif: atensi, konsentrasi, daya ingat, daya nalar, bahasa, mengenali dan memahami berbagai konsep dasar sebagai cikal bakal mempelajari matematika, membaca, menulis, dll
  4. Perkembangan sosial dan emosional: bersosialisasi dengan teman sebaya, tenggang rasa, peduli dan bekerjasama dengan orang lain, ketekunan, tidak mudah menyerah, kendali diri, memecahkan masalah, dll.
Melalui berbagai macam aktivitas bermain, anak melatih kemampuan fisik dan motoriknya, mematangkan emosi dan mengasah keterampilan sosialnya, memperlancar komunikasinya, juga mengembangkan kognitifnya.
Orangtua berperan serta untuk terlibat dalam permainan, mendampingi, dan mendukung kegiatan bermain yang dilakukan anak, juga merangsang anak untuk mengoptimalkan fungsi permainan terhadap aspek-aspek perkembangannya. Permainan memberi efek ke arah perkembangan anak, maka permainan yang mengarah pada perkembangan yang negatif dapat dikontrol, contohnya sikap agresif. Perlu diingat bahwa permainan adalah milik anak, orangtua jangan sampai mendominasi sehingga mengakibatkan kunci permainan yaitu “kesenangan” menjadi hilang.
2. Bermain sebagai Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode. Mengutip penjelasan dari Direktorat PADU tahun 2001 dan Depdikbud tahun 1998, Sabil Risaldy (2014: 30-32) menjelaskan beberapa metode pembelajaran di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Bercerita
Bercerita adalah menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih bermanfaat juka dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
  1. Bernyanyi
Bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti sedih dan gembira. Bernyanyi juga dapat menumbuhkan rasa estetika.
  1. Berdarmawisata
Darmawisata adalah kunjungan secara langsung ke obyek-objek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa dilingkungannya. Hal ini dapat diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
  1. Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran tertentu sekitar aanak. bermain peran merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain di sekitarnya. Dengan bermain peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
  1. Peragaan/Demonstrasi
Peragaan/demonstrasi adalah kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak. Peragaan/demonstrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
  1. Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.
  1. Latihan
Latihan adalah kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkahlangkah secara berurutan.

Dari sini, maka di antara metode pembelajaran yang telah disebutkan adalah melalui bermain. Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Dengan menggunakan strategi, metode/bahan dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara menyenangkan. Melalui bermain anak diajak untuk berekplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan berbeda-beda di sekitarnya (Suyadi & Maulidya Ulfah, 2013: 34). Lanjut, Suyadi & Maulidya Ulfah mengutip pendapatnya Montessori bahwa permainan sebagai “kebutuhan batiniah” setiap anak karena bermain mampu menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan dan meningkatkan perkembangan anak. Konsep bermain inilah yang kemudian disebutnya sebagai belajar sambil bermain.

Bermain merupakan cara belajar yang sangat penting bagi anak usia dini tetapi sering kali guru dan orang tua memperlakukan mereka sesuai dengan keinginan orang dewasa, bahkan sering melarang anak untuk bermain. Akibatnya, pesan-pesan yang akan diajarkan orang tua sulit diterima anak karena banyak hal yang disukai oleh anak dilarang oleh orang tua, sebaliknya banyak hal yang disukai orang tua, tetapi tidak disukai anak. Untuk itu, orang tua dan guru pada lembaga pendidikan anak usia dini perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat pendidikan anak usia dini, agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran dan tingkat perkembangan mereka.
3. Tematik
Dalam pembelajaran tematik PAUD, tema merupakan konteks (fokus bahasan) yang membingkai semua kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan tema yang akan yang dipilih harus didasarkan pada kebermaknaan belajar anak. Dengan kata lain tema harus sudah dikenal anak, dapat merangsang anak terlibat dalam pembelajaran, dapat mengembangakan kemampuan anak dalam memecahkan masalahnya, dan dapat diterapkan karena didukung dengan sumber, bahan dan alat belajar yang diperlukan. Pemilihan tema dapat berdasarkan pada :
·         Kehidupan terdekat anak
·         Minat anak
·         Permasalahan yang dihadapi.

Jadi dalam pendidikan anak usia dini tema sangat kondisional bisa dibilang fleksibel dan tidak dibakukan. Dalam memilih tema harus sesuai dengan :
  • Minat atau kecenderungan yang diminati anak
  • Pengalaman dan usia perkembangan anak
  • Memperkuat pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki anak
  • Ada sumber yang dapat dipelajari dan diamati anak (orang, tempat yang dikunjungi, dan buku-buku tentang tema)
  • Ada berbagai media atau alat yang dapat dimainkan anak secara mandiri atau dengan bantuan guru
  • Mendukung perkembangan kemampuan keaksaraan, matematika, bahasa, social emosional, seni, motorik, dan moral anak
  • Nilai kepercayaan, budaya yang berlaku di masyarakat.

Satu tema dapat diterapkan untuk satu bulan,  dua bulan atau hanya dua atau tiga minggu saja. Lamanya pembahasan satu tema tergantung pada minat anak dan fokus yang akan dipelajari anak. Satu tema dapat dibagi menjadi sub tema. Setiap sub tema dapat dikembangkan menjadi anak sub tema. Setiap anak sub tema dapat dikembangkan menjadi ranting. Setiap sub tema atau anak sub tema atau ranting sub tema dapat menjadi materi dalam satu minggu. Jadi satu tema dapat dibahas dalam waktu panjang.
Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa keungulan yang dimaksud adalah:
  • Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
  • Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
  • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  • Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.
  • Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain.
  • Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan.
  • Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang sesungguhnya.
  • Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak. 
  • Membangun kegiatan dari minat anak.
  • Membantu anak membangun pengetahuan baru.
  • Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan.
  • Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
  • Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan pengalaman kepada pemahaman.
  • Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat dibawa anak ke kelas.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRAKTEK CETAK TINGGI, CETAK DATAR, DAN TEKNIK MEMBATIK

FINGER PAINTING, INK BLOT DAN TARIKAN BENANG